“Sis, lo mau gak jadi cewek gua?”
Akhirnya
kalimat itu terucap juga dari mulut Andre, cowok yang belakangan ini mengisi
hari-hari Siska. Sejak Siska berkenalan dengan Andre sekitar enam bulan yang
lalu, Andre selalu membuat Siska bahagia. Meskipun perkenalan mereka saat itu
tak disengaja, tapi justru itu yang membuat Siska suka tersenyum sendiri ketika
mengingat peristiwa itu. Saat itu, Andre menelepon Siska untuk pertama kalinya,
tapi Andre bahkan tidak tahu yang mana gadis yang bernama Siska. Lucu. Semua
berkat Ryan, teman Andre yang ingin berkenalan dengan Siska namun tak ada nyali
untuk maju sendiri. Akhirnya Andre-lah yang menjadi tamengnya.
“Sis?”
“Sis!” Andre berteriak di telepon. “Oh iya, sorry…” Siska tersadar dari lamunannya. “Jadi? Lo mau gak jadi cewek gua?”
“Sis!” Andre berteriak di telepon. “Oh iya, sorry…” Siska tersadar dari lamunannya. “Jadi? Lo mau gak jadi cewek gua?”
Siska berpikir sejenak walau dalam
hati ia sangat senang sekali mendengar Andre menyatakan perasaannya.
“Gua itung sampe 13 dan lo harus
udah punya jawabannya,” ucap Andre.
“Satu, dua, …. , tiga belas!!! Jadi?” tanya Andre penasaran. “Iya.”
“Satu, dua, …. , tiga belas!!! Jadi?” tanya Andre penasaran. “Iya.”
Esok harinya..
“Cieee…. yang baru jadian senyum-senyum
mulu dari tadi,” ejek Lisa.
Lisa
adalah teman baik Siska sejak mereka kelas 1 SMP. Sudah tiga tahun mereka
bersahabat, dan Lisa selalu ada untuk Siska, begitu pula sebaliknya. Tidak ada
yang mereka tidak ceritakan satu sama lain. Siska senang sekali mempunyai
sahabat seperti Lisa. “Lisa!!!
Jangan gitu dong ah!” jawab Siska tersipu-sipu malu. “Tapi
ngomong-ngomong lo ga bareng cowok lo? Mang belom waktunya anak SMA istirahat
ya?” tanya Lisa.
Memang,
Siska dan Andre jarang terlihat bersama di sekolah. Mungkin karena jadwal Siska
yang masih duduk di kelas 3 SMP agak sedikit berbeda dengan Andre yang sudah
duduk di kelas 1 SMA.
“Kayaknya bentar lagi deh, Lis. Eh,
tuh orangnya!” seru Siska sambil menunjuk ke arah Andre yang sedang berdiri di
dekat pintu kantin.
“Hai!” sapa Andre sambil nyengir ketika mereka jalan berpapasan.
Lalu, Andre langsung jalan begitu
saja tanpa berkata apa-apa lagi pada Siska.
“Apaan tuh?!! Lo orang sebenernya
pacaran apa kaga sih?” ucap Lisa kesal. “Yah,
dia emang orangnya kayak gitu, Lis. Gengsian. Mau diapain lagi,” jawab Siska
sambil menghela napas.
“Ya
tapi kan lo ceweknya, Sis? Masa nyapa aja kaya gitu?!” ucap Lisa dengan nada
yang makin meninggi.
“Udahlah, Lis. Justru karna gua sekarang udah jadi ceweknya, makanya gua
harus lebih bisa ngertiin dia,” Siska menjawab dengan tenang.
Dalam
hati, Siska ingin sekali seperti pasangan-pasangan
lainnya. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama tiap kali ada
kesempatan. Namun Siska harus puas dengan keadaannya sekarang.
Mungkin
emang gua yang terlalu banyak mikir, gua gak boleh terlalu banyak menuntut.
Andre sayang sama gua dan itu udah cukup, batin Siska.
Dan akhirnya..
Sis,
kayaknya lebih baik kita putus aja…
Siska
membaca SMS dari Andre berkali-kali. Ia tidak percaya Andre tega memutuskannya
begitu saja. Selama tujuh bulan mereka berpacaran, Siska merasa sangat bahagia.
Meski kadang ia sangat ingin menghabiskan waktunya lebih banyak lagi bersama
Andre, tapi ia bisa menerima sepenuhnya, ia tidak mau menuntut lebih banyak
lagi.
“Udah dong, Sis. Jangan nangis
terus, mungkin dia emang bukan yang terbaik buat lo,” hibur Lisa.
“Tapi gua sayang banget sama dia,
Lis. Dia gengsi ngomong ama gua, okay.. gua terima. Dia malu kalo jalan bareng
ama gua di sekolah, okay.. gua juga ngerti. Tapi gua gak mau putus, Lis,” tutur
Siska di sela-sela tangisnya.
Lisa memeluk sahabatnya erat. Lisa
ikut merasakan kesedihan yang sedang dirasakan teman terbaiknya ini.
***
Dua
tahun sudah sejak Andre mengakhiri hubungan mereka. Sejak saat itu, mereka sama
sekali tidak berhubungan. Siska pernah sekali mendengar kabar tentang Andre
yang sudah mempunyai pacar baru. Siska sedih. Ia sedih karena hanya dua bulan
yang Andre butuhkan untuk melupakan dirinya dan kemudian menjalin hubungan
dengan orang lain. Terlebih lagi, Siska tidak menyangka bahwa orang lain itu
adalah Rini, adik kelasnya yang selalu mencuri-curi kesempatan untuk bisa
bersama Andre, bahkan ketika mereka masih berpacaran.
Brrr…
Brrr… HP Siska bergetar.
1 received
message
Lo mau gak
jadi cewek gua lagi?
Siska
kaget membaca SMS dari Andre. Ya, Andre yang meninggalkannya dua tahun yang
lalu. Tiba-tiba Siska merasakan sakit hatinya kembali. Kemudian ia memutuskan
untuk mengabaikan SMS tersebut. Sejak saat itu, Andre mulai mengirim SMS lagi
untuk Siska. Hanya beberapa yang dibalas oleh Siska, itupun ia jawab sesingkat
mungkin.
Ini
berlangsung selama dua tahun, Andre mencoba untuk mendekati Siska kembali lewat
sms ataupun telepon. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertemu dengan Siska. Siska
pun akhirnya setuju. Ketika mereka bertemu, mereka ngobrol seolah-olah tidak
pernah terjadi apa-apa. Mungkin mereka berdua sama-sama belum siap untuk
membahas peristiwa yang terjadi sekitar 4 tahun yang lalu itu.
“Gimana kabar lo, Sis? Dah punya
cowok baru blom?” tanya Andre penasaran.
“Baik. Kenapa tanya-tanya?” sindir Siska.
“Gak apa-apa, pengen tau aja,” jawab Andre enteng.
Mereka
berusaha menghabiskan hari itu senormal mungkin. Hingga sesampainya Siska di
rumah, ia menangis sendirian di kamarnya. Ia sadar, rasa sayangnya untuk Andre
belum hilang sepenuhnya. Padahal, ia telah mencoba begitu keras untuk menghapus
semua kenangannya bersama Andre.
Kenapa
sih, Ndre? Kenapa lo mesti dateng lagi ke kehidupan gua di saat gua udah mulai
bisa ngelupain lo? Gua bener-bener pengen ngelupain lo, tapi kenapa lo harus
muncul lagi di depan gua? Kenapa, Ndre? Kenapa? batin Siska sambil menangis.
***
Kriiiinngg!
Telepon rumah Siska berdering di
saat hampir tengah malam.
“Halo?” jawab Siska. “Sis,
gua Andre…”
Siska bingung untuk apa Andre
meneleponnya tengah malam begini.
“Oh, hai. Ada apa?” tanya Siska.
“Oh, hai. Ada apa?” tanya Siska.
Andre terdiam sejenak.
“Ndre? Halo? Lo kenapa diem?” Siska
heran. “Sis,
mungkin gak ada kesempatan kedua buat gua? Gua tau gua salah, apa yang gua
lakuin empat tahun lalu itu seharusnya gak gua lakuin. Gua nyesel banget.
Gua pikir dengan jadian ama orang lain gua bisa ngelupain lo, ternyata gak. Lo
memang beda. Jujur aja, setelah kita putus, gua deket ama banyak cewek, bahkan
gua sempet jadian tiga kali. Tapi gua sadar gua gak bisa bohongin perasaan gua,
Sis.. Gua sayang ama lo…”
Siska terdiam. Tak terasa air mata
menetes di pipinya. Ia tidak tahan lagi.
“Kalo emang lo sayang ama gua,
kenapa lo tetep jadian ama cewek-cewek lo? Kenapa baru sekarang lo bilang semua
ini sama gua? Kenapa, Ndre?” Siska tak kuasa menahan tangisnya. “Gua tau gua
salah. Tapi gua bener-bener gak mau kehilangan lo lagi, Sis. Gua bener-bener
pengen lo ada di samping gua kaya dulu… Gua selalu nyari sosok diri lo di semua
cewek yang gua temuin, tapi mereka tetep bukan lo! Gua cuma mau lo! Cuma lo
yang bisa buat gua bahagia, cuma lo yang bisa buat gua ngerti dan ngerasain
cinta yang sebenernya,” ucap Andre.
“Sis, gua bener-bener minta maaf,” lanjutnya.
Siska hanya bisa menangis dan diam.
Malam itu benar-benar malam yang membingungkan bagi Siska. Di satu sisi, Siska
masih amat sangat menyayangi Andre, tapi di sisi lain dia masih ingat benar
bagaimana sakit hatinya ketika Andre pergi meninggalkan dirinya.
“Sis, gua ngerti kalo lo belom bisa
nerima gua. Gua cuma mau lo tau kalo gua bener-bener sayang ama lo, dari dulu
sampai sekarang. Gua mau kita kayak dulu lagi. Gua nyesel banget kenapa gua
waktu itu harus ninggalin lo. Gua ga tau lagi mesti gimana, mudah-mudahan suatu
saat lo bisa percaya ama gua.”
Siska menangis, lalu tersenyum.
“setiap orang punya kesempatan
kedua. Dan kali ini kesempatan itu gua kasih ke lo. Gua harap lo dapat
mempergunakan dengan baik. Dan ini kesempatan yang terakhir buat lo.”kata siska
dengan harapannya.
Dan akhirnya mereka berdua jadian
lagi dan kali ini Andre benar-benar menggunakan kesempatan itu dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar